Metrai Allah atau Tanda Binatang
Pelajaran Sekolah Sabat, 9-15 Juni, 2018.
METERAI ALLAH ATAU TANDA BINATANG
Ayat Hafalan: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!” (Wahyu 15:3).
I. METERAI ALLAH (Why. 7:1-4; 9:4 )
◾ Meterai PERTAMA ( Wahyu 6:1-2 ) - ( periode : tahun 31-100 )
🔹Penunggang kuda putih ;
🔹gambaran kesucian, semangat, dan kemenangan dari gereja Kristen yang pertama. 🔹Panah itu adalah lambang dari peperangan yang agresif.
🔹Kuda putih dan mahkota adalah lambang kemenangan, dan digunakan oleh raja Romawi dalam merayakan kemenangannya.
🔹 Begitu menakjubkan “ledakan” pertumbuhan agama Kristen yang mula-mula itu, sehingga dalam waktu tujuh puluh tahun setelah penyaliban, berita Salib itu telah menyebarkan Injil itu ke ujung bumi yang dikenal pada waktu itu (Roma 1:8; Kolose 1:23).
🔹 Berlaku mulai dari Pentakosta sampai pada akhir abad pertama.
🔹 Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Efesus ( Wahyu 2:1-7 )
◾ Meterai KEDUA ( Wahyu 6:3,4 ) : ( periode : tahun 100 - 313 )
🔹 Penunggang kuda merah
🔹Menggambarkan menurunnya kesucian dengan cara yang sangat mencolok pada gereja setelah para rasul itu meninggal.
🔹Warna merah adalah lambang dari sesuatu yang berbahaya, peperangan, dan pertumpahan darah.
🔹Dalam zaman Alkitab warna merah itu melambangkan dosa dan kemerosotan (Yesaya 1:18).
🔹 Pemimpin-pemimpin gereja secara terbuka memperoleh penghormatan dari penguasa pemerintahan. Setelah apa yang dinamai “pertobatan” raja Konstantine pada tahun 313 S.M, maka sudah legal bagi seseorang menjadi orang Kristen.
🔹 Periode meterai kedua mulai dari penutupan abad pertama dan berakhir pada zaman Konstantine.
🔹 Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Smirna ( Wahyu 2:8-11 )
◾ Meterai KETIGA ( Wahyu 6:5,6 ) - ( periode : tahun 313 - 538 )
🔹Penunggang kuda hitam
🔹Melambangkan pertambahan kemerosotan dalam gereja itu yang sangat cepat berkembang dari zaman Konstantine sampai pada permulaan kekuasaan kepausan pada tahun 538 SM.
🔹 Pada zaman ini Injil yang benar itu hampir saja tertutup oleh keduniawian dan kebodohan.
🔹Gereja itu mengalami perubahan yang sangat radikal , sehingga terlalu bertentangan sifatnya dengan gereja pada zaman Perjanjian Baru, dan Allah mengibaratkan gereja itu dengan kuda Hitam lawannya warna putih.
🔹 Memegang sebuah timbangan di tangannya.” Timbangan lambang usaha duniawi dan perdagangan, menyatakan gereja yang jatuh itu telah meninggalkan tugasnya yang Ilahi yaitu tugas penginjilan.
🔹 Inilah zaman kegelapan dan kelaparan rohani yang amat meluas, di mana pengganti roti hidup yang murahan ditawarkan pada manusia, namun kegelapan itu di bebaskan dengan suatu terang pengharapan yang kecil.
🔹 Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Pergamus ( Wahyu 2:12-17 )
◾Meterai KEEMPAT ( Wahyu 6:7,8 ) - ( periode : tahun 538 - 1517 )
🔹Penunggang kuda hijau kuning
🔹Melambangkan kemurtadan dalam keadaan mekar pada waktu gereja pemerintah pada zaman pertengahan yang mengaku gereja Yesus Kristus, menjadi suatu alat penindas yang kejam dan alat penganiayaan.
🔹 Kata “Neraka” di sini berasal dari bahasa Yunani “Hades” artinya “Kuasa Kematian.”
🔹 Meterai ini merentang mulai dari permulaan kekuasaan Paus sampai pada permulaan Reformasi Protestan.
🔹Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Tiatira ( Wahyu 2:18-25 )
◾ Meterai KELIMA ( Wahyu 6: 9-11 ) - ( periode : tahun 1517 - 1755 )
🔹 Pembukaan meterai kelima menyatakan para korban penunggang kuda keempat “Protestan” sebelum Reformasi, jutaan yang mati syahid yang terbaring di bawah kaki mezbah yang berlumuran darah, sedang memohon kepada Allah suatu pembalasan atas darah mereka.
🔹 "Jiwa-jiwa di bawah Mezbah.” - Jiwa-jiwa digunakan dalam pengertian Alkitabiah sebagai “Manusia” atau “orang” yang walaupun sudah terbunuh mereka disebut sebagai orang-orang yang berseru kepada Allah dengan metafor yang sama sebagai lakon/pemeran yang di gunakan dalam Kejadian 4:10 di mana suara darah Habel itu dikatakan “Berteriak kepada Allah dari tanah.”
🔹 “Mezbah.” - Mezbah dalam kasus ini adalah lambang yang cocok untuk tanah Eropa Barat yang bertahun-tahun lamanya di cemari dengan darah orang yang mati syahid.
🔹 “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus?” - sebagai fakta sejarah, seruan: “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang Kudus” juga diserukan oleh Reformasi Protestan pada waktu orang-orang yang gagah berani mengangkat suaranya menetang kekuasaan kepausan dan menyerukan pemberhentian aniaya kebebasan jiwa, pria dan wanita yang lebih dekat pada cita-cita Allah daripada algojo yang kejam itu.
🔹 “Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih.”
🔹“Jubah putih” itu bisa dimengerti dengan dua cara:
1. Tabiat yang harus dibuktikan di hadapan manusia. Sebagai hasil dari Reformasi itu, opini jutaan manusia tentang Syuhada sudah berubah. Sekarang kita memandang mereka dengan kekaguman yang sungguh. Walau pun mereka dibunuh sebagai penjahat dan binatang perusak tanaman, iman kita menjadi kuat seperti mereka.
2. Tabiat yang harus dibuktikan di hadapan Allah. Jubah putih adalah lambang, Alkitabiah untuk kebenaran Kristus. Walaupun dihina, ditolak, dianiaya, atau dibunuh oleh tangan manusia, Allah melihat para syuhada dipakaikan jubah kesempurnaan dari Anak-Nya dan penerimaan mereka untuk selamanya sudah dipastikan (Wahyu 3:4, 5).
🔹 Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Sardis ( Wahyu 3:1-6 )
◾Meterai ke ENAM ( Wahyu 6:12,13 ) - ( periode : tahun 1755 - 1844 )
🔹Pembukaan meterai keenam memperkenalkan tiga ledakan alam yang terjadi setelah berakhir aniaya kepausan di Eropa.
🔹Bagi anak-anak Allah yang selalu berjaga, hal ini adalah permulaan tanda kedatangan Yesus yang tidak salah lagi.
1. Gempa Bumi yang Besar. Dengan memperhatikan waktu menjelang mau pembukaan meterai itu kira-kira tahun 1750, pada waktu aniaya agama dihentikan ; “Gempa bumi besar” ternyata adalah yang terjadi di Lisbon, Portugal, pada tanggal 1 November 1755.
2. Bulan dan Matahari Menjadi Gelap. Setelah gempa bumi yang dahsyat itu, perhatian Yohanes tertarik pada kegelapan matahari yang belum pernah terjadi. Kegenapan dari ramalan ini terjadi pada tanggal 18 Mei 1780, dua puluh lima tahun setelah gempa bumi di Lisbon, di mana matahari padam pada siang bolong.
✍🏿 Kamus Webser menyebut peristiwa ini sebagai “Hari Gelap.” Ia tidak menyatakan bahwa beberapa peristiwa seperti ini pernah terjadi dalam sejarah, tetapi ia mengatakan hanya ada satu peristiwa.
✍🏿 Kamus Webster mengatakan: “Penyebab yang sebenarnya dari peristiwa ini tidak diketahui.”
3. Bintang Gugur. Peristiwa alam ketiga terjadi kira-kira lima puluh tahun sesudah matahari gelap yaitu, pada malam hari tanggal 13 November 1833, waktu hujan meteor yang terang-benderang disaksikan di daerah yang luas di Amerika Utara.
✍🏿 Saksi mata menaksir bahwa bintang-bintang gugur bagaikan hujan api yang diperkirakan sebanyak 200.000 perjam untuk selama lima atau enam jam, dan dinyatakan bahwa bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahannya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.” (Wahyu 6:13).
🔹 Paralel dengan periode masa sidang /Jemaat Filadelpia ( Wahyu 3: 7-13 )
◾ Meterai KETUJUH ( Wahyu 8:1 ) - ( periode : tahun 1844 - hari ini atau Yesus datang kedua kali )
🔹Penyingkapan meterai ketujuh menyingkapkan tirai sejarah umat manusia.
🔹 “Sunyi Senyap di Surga”. Hal ini merujuk kepada kenyataan bahwa sorga akan kosong untuk seketika lamanya pada kedatangan Yesus kedua kali, karena segenap malaikat surga akan bersama Yesus datang ke bumi (Mat. 25:31).
🔹 “Kirakira setengah jam lamanya.” Menurut perhitungan waktu nubuatan, yang didasarkan pada prinsip satu hari untuk satu tahun, maka ini berarti tujuh hari. Jadi perjalanan Yesus ke bumi pada kedatangan-Nya kedua kali, dan juga pulangnya ke surga bersama umat-Nya, akan memakan waktu kira-kira satu pekan.
🔹Tujuh meterai membawa pekabaran penghancuran dan kematian, tapi meterai ketujuh ini membawa janji keselamatan dan hidup.
🔹Sementara enam meterai yang lainnya menandakan ide kerahasiaan, meterai ke tujuh yang satu ini menunjukkan kepemilikan.
🔹Rasul Yohanes melihat “meterai Allah,” yang menandai umat Allah yang akan bertahan dari murka Allah (Why. 7:3)
🔹 Orang di zaman kuno seringkali menaruh meterai pada barang dagangan untuk membuktikan bahwa itu milik mereka. Meterai ini dibuat dari logam atau batu mulia (Kel. 28:11; Est. 8:8) di mana nama pemilik atau simbol yang mewakilinya diukir.
🔹 Meterai dirancang untuk ditekan pada tanah liat yang menutup dokumen atau barang dagangan. Dalam penglihatan Yohanes, meterai tersebut ditaruh di dahi untuk menyelamatkan umat Allah terhadap malapetaka yang akan datang (Why. 7:3, 9:4).
🔹Nabi Yehezkiel merujuk kepada fungsi sebagai pencegah akan tanda di dahi tersebut (Yeh. 9:4-6, bandingkan dengan Kej. 4:15).
🔹Meterai hanya menandakan mereka yang menyembah Allah yang hidup, sang Pencipta, untuk membedakan dari mereka yang “sujud pada matahari di sebelah timur ” (Yeh. 8:16).
🔹Penglihatan Wahyu 7 membawa pekabaran yang sama. Yang berisi satu urutan yang terdengar kembali ke cerita Penciptaan.
▪Kenyataannya, urutan “bumi, laut, atau pohon-pohon” (Why. 7:3) adalah sama seperti pada cerita Penciptaan itu sendiri (bandingkan dengan Kej. 1:9-13).
▪Dengan menyebutkan urutan ini menunjuk kepada kenyataan bahwa
🔹Meterai menandai mereka yang mengakui Allah sebagai Pencipta, mereka yang menjadi kepunyaan-Nya (Mzm. 24:1, 2; 89:12, 13; 100:3);
🔹 Untuk dimeteraikan oleh Allah bahwa kita, dan segala sesuatu yang kita miliki, adalah kepunyaan-Nya, yang menciptakan segala sesuatu.
🔹Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Laodekia ( Wahyu 3: 7-13
II. TANDA BINATANG ( Why. 13:15, 16; 14:9 )
◾ APAKAH “TANDA BINATANG” ITU?
♦ " Binatang” dalam Wahyu 13 telah diidentifikasi sebagai kepausan dalam pelajaran SS minggu lalu,
♦ “Tanda Binatang” itu sudah wajar bila kita sebut tanda yang menonjol dari kuasa kepausan, barang tiruan Paus yang sudah diterima oleh masyarakat luas yang langsung bertentangan dengan “Cap Allah.”
♦ Tidak diragukan lagi tentang identitas “Tanda” kuasa kepausan.
♦ Pengesahan lembaga Minggu, suatu saingan hari Sabat buatan kepausan manusia, memenuhi semua kriteria sebagai “Tanda Binatang” itu yang berarti penyerahan secara umum dan nyata kepada kuasa kepausan.
♦ " Tanda Binatang” itu lebih dalam dari sekadar memelihara satu hari tertentu. “ Tanda” yang dimaksud di sini ialah kenyataan tabiat, suatu penyerahan hari dan kehendak secara tetap untuk MENENTANG LANGSUNG KEHENDAK ALLAH YANG SUDAH DIKETAHUI.
♦Hari Sabat sebagai satu “Tanda kesetiaan pada Khalik, mereka yang menolak terang itu dan tetap memelihara hari Minggu sudah menyatakan secara terbuka bahwa mereka menentang hukum Allah.
♦Maka pemeliharaan hari Minggu itu sudah menjadi tanda yang membedakan mereka yang dengan sengaja dari lubuk hatinya menolak kekuasaan Allah dan menyukai kekuasaan manusia. Kelompok ini akan memantulkan tabiat rupa Setan dan bukan memancarkan tabiat rupa Allah.
♦Kitab Wahyu menjelaskan tanda ini dicap di tangan kanan atau dahi (Why. 13:16). Simbol ini telah dipinjam dari kitab Ulangan di mana itu melambangkan kesetiaan kepada hukum Allah.
♦Untuk memastikan bahwa anak-anak Israel tidak melupakan Firman Allah dan hukum-hukum- Nya dalam hati mereka, Allah mencari satu gambaran: “Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu” (Ul. 6:8; bandingkan dengan Kel. 13:9).
♦Saat ini orang Yahudi masih menerapkan perangkat ini dalam menghafal dan mengikat rumbai (“phylacteries”) di tangan dan di dahi untuk mengingatkan diri mereka akan penyerahan mereka secara total kepada hukum Allah, melibatkan keduanya tindakan (tangan) dan berpikir (dahi).
♦Sama seperti “meterai Allah” di dahi sebagai tanda untuk mengingatkan umat Allah untuk menyerahkan diri mereka pada hukum-hukumNya, “tanda binatang” di tangan dan di dahi adalah tanda dari komitmen yang menjadi ciri pengikut binatang.
♦Kenyataannya, seperti yang ditunjukkan oleh malaikat yang ketiga, itu adalah masalah penyembahan yang dipertaruhkan.
♦Peringatan “jika seorang menyembah binatang” dijelaskan dalam pernyataan paralel “ ‘dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya” (Why. 14:9).
♦Kata penghubung Yunani kai, “dan,” yang memperkenalkan pernyataan ini berhubungan dengan kata Ibrani "waw" , penjelasan ini menandakan hubungan langsung antara menyembah binatang itu dan menerima tandanya.
III. HARI SABAT, TANDA PENYEMBAHAN ( Kej. 2:1-3 dan Kel. 20:8-11 )
🔹Sejarah manusia dimulai pada hari Sabat, waktu untuk menyembah.
🔹Hari Sabat menandai penyembahan manusia yang pertama di dalam sejarah, tentu saja respons pertama dari manusia kepada pemberian Allah karena Penciptaan.
🔹Juga sangat penting bahwa hari Sabat merujuk pada Penciptaan, menempati pusat geografis Dekalog.
🔹 Kedudukan penciptaan ini juga tepat secara tematis: Sabat merujuk kepada hubungan kita baik kepada Allah (hukum 1-3) dan hubungan kita dengan sesama manusia (hukum 5-10).
🔹 Sangat menarik bahwa dalam dokumen perjanjian kuno, meterai ditempatkan di tengah untuk memastikan bahwa tidak satu pun bisa memanipulasi atau menghapus perjanjian tersebut.
🔹 Penempatan hari Sabat di tengah Dekalog adalah satu indikasi bahwa hal tersebut dimaksudkan untuk menjadi meterai dari sang Pencipta.
◾ APAKAH PENGGANTIAN SABAT OLEH ROMA ITU CUKUP SERIUS?
♦Allah, dan bukan manusia, yang harus menjawab pertanyaan ini. Firman-Nya yang harus menyelesaikan permasalahan ini dengan tuntas.
♦Pentingnya amaran yang Ia berikan dan dahsyatnya hukuman bagi pelanggar dapat menyatakan betapa seriusnya Allah dalam masalah ini: Wahyu 14:9-11: “Murka Allah, yang disediakan tanpa campuran.”
♦Tidak ada seorang pun yang membaca ayat yang menakutkan itu berpendapat bahwa ini adalah soal kecil.
♦Ayat-ayat ini adalah yang paling hikmat dan dahsyat sebagai peringatan dalam seluruh Alkitab. Sudah jelas bahwa keputusan yang lancang dari kuasa kepausan itu, telah memancing amarah surga yang sedalam-dalamnya.
♦Pandangan sejenak saja sudah bisa menyatakan mengapa murka Allah begitu tegas.
♦Perubahan Sabat adalah satu tantangan yang paling berani dan paling terhadap kekuasaan Allah yang pernah dilancarkan oleh manusia.
♦Jika memalsukan nama seseorang dianggap kejahatan; jika menghalang-halangi hukum seorang raja duniawi dianggap pelanggaran; lalu apakah yang harus kita gunakan untuk kekerasan seperti ini, di mana manusia kerdil sudah berani mengurangi hukum surga dan memalsukan nama Allah menjadi dusta?
♦Kalau kita lihat segi ini, pertentangan hari Sabat - Minggu bukan saja masalah pertentangan harinya saja, ini adalah pertentangan kekuasaan-kekuasaan makhluk ciptaan melawan Sang Pencipta!
♦Itulah sebabnya masalah ini sama seperti masalah hidup atau mati.
♦Coba pikirkan bendera negara kita. Apakah sebabnya bendera itu berbeda? Apa yang membuat bendera itu terasa hikmat. Bahannya sama saja dengan bahan membuat kemeja atau sapu tangan; lalu mengapa kita tidak menganggapnya seperti benda biasa?
♦Karena bendera itu adalah lambang yang dipilih untuk kekuasaan yang dilambangkan yang dipilih untuk ke kuasaan negara!
♦Penghormatan bendera menunjukkan penghormatan atas kekuasaan yang dilambangkan bendera itu. Tidak menghormati bendera menunjukkan tidak menghormati kekuasaan negara.
♦Mari kita terapkan hal ini pada hari Sabat. Terdiri dari waktu, sama seperti keenam hari lainnya. Lalu apa yang membuatnya berbeda” apa yang membuatnya menjadi suci?
♦Allah telah “menguduskan” atau mengasingkan hari itu untuk tujuan tertentu. Inilah “tanda” yang dipilih atau “cap” khalik, suatu lambang yang dipilih untuk kekuasaanNya.
♦Jika seorang warga negara menginjak-injak bendera negaranya sendiri di atas tanah berlumpur dan dengan sengaja menghormat bendera musuh, bukankah ia bersalah karena berkhianat? Dengan tanda yang sama, orang yang sengaja meninggikan hari Minggu dan secara sadar menginjakinjak hari Sabat, ia juga bersalah karena berkhianat terhadap Allah!
B. Pelajaran dari buku Sekolah Sabat
I. Tanda Allah yang mengidentifikasi Umat-Nya ( Hari Minggu )
▪Dalam Perjanjian Lama ada dua tanda lahiriah sebagai identitas umat Allah yang sejati. Salah satu adalah SUNAT ( Kej. 17:9-11; Kel. 31:13, 17 ) ; Laki-laki disunat pada hari kedelapan sete- lah lahir (Im. 12:3).
▪ Tanda lahiriah kedua yang diberikan Allah untuk mengenali umat-Nya adalah HARI SABAT sebagai jalan kembali kepada Penciptaan (lihat juga Kej. 2:2, 3), sedangkan sunat dimulai hanya sejak Abraham
" Sabat diadakan untuk manusia” (Mrk. 2:27)
▪Dalam perjanjian Baru ( 1 Korintus 7:19; Galatia 5:6; dan Galatia 6:15 ) BAPTISAN melambangkan pertobatan, seorang “ciptaan baru,” mati kepada dosa dan bangkit kepada kehidupan yang baru (lihat Rm. 6:3, 4).
▪Ritual sunat hari ini memiliki arti yang lebih dalam yang melambangkan kebutuhan hati yang “disunat” atau dibarui (lihat Ul. 30:6).
Itu sebabnya Paulus menuliskan: “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara har ah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah” (Rm. 2:28, 29).
II. Binatang dan Ibadah Palsu ( Hari Senin )
▪Penting menghindari “tanda binatang” (Why. 13:17; 14:9, 10; 16:2. )
▪Tandanya adalah ibadah palsu. Dan kekuasaan binatang keempat dalam Daniel 7, dalam fase yang terakhir (juga digambarkan sebagai binatang yang keluar dari dalam laut dalam Wahyu 13), yang “berusaha untuk mengubah waktu dan hukum” (Dan. 7:25).
III. Meterai Allah ( hari Selasa ) : (Ef. 1:13, 14; 4:30; 2 Tim. 2:19; Why. 7:1-4; 14:1. )
▪Pada zaman purba meterai adalah sebuah stempel ditekan ke lilin yang lembut atau tanah liat untuk menunjukkan keaslian atau kepemilikan, di belakangnya ada otoritas pemiliknya.
▪Meterai Allah adalah tanda kepemilikan Allah dan perlindungan kepada umat-Nya
▪Kitab Wahyu menggambarkan pemeteraian yang lain sebelum kedatangan Yesus yang kedua kali.
▪Meterai terakhir diberikan kepada 144.000 pada saat pencurahan Roh Kudus ketika hujan akhir. Mereka memiliki nama Allah (atau tanda tangan) tertulis di dahi mereka. Melalui pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan mereka, mereka memantulkan tabiat Allah.
IV. Tanda Binatang ( Hari Rabu )
▪ Satu hukum yang diusahakan untuk diubah adalah Sabat, hukum keempat, hukum yang langsung menunjuk kepada Allah sebagai “menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh” (Kel. 20:11).
IV. Sabat sebagai Meterai ( hari Kamis )
▪ Sabat hari ketujuh telah menjadi tanda umat Allah yang benar sepanjang sejarah, dimulai dari Adam dan Hawa dilanjutkan sampai zaman Israel.
▪Kita juga melihat Sabat diabadikan di gereja Perjanjian Baru dengan praktik Yesus dan para rasul, dan sebagai pembeda umat Allah di akhir zaman yang “menuruti perintah Allah, dan iman kepada Yesus” (Why 14:12).
▪Sabat muncul dalam jantung Sepuluh Hukum.
▪Itu diberikan oleh Pencipta sebagai tanda atau meterai otoritas-Nya.
▪Sabat memperkenalkan Dia dengan nama “TUHAN Allahmu.” Sabat memperkenalkan wilayah di mana Dia memiliki yurisdiksi, “langit dan bumi, laut, dan segala isinya.” Ini juga memper- kenalkan dasar dari otoritas-Nya, “enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi,... dan berhenti pada hari ketujuh.”
▪Hari Sabat merupakan ujian terbesar kesetiaan di zaman akhir, karena itulah pokok kebenaran yang terutama dipertentangkan.
▪Bilamana ujian terakhir dilakukan ke atas manusia, maka garis pemisah akan ditarik antara mereka yang melayani Allah dan yang tidak melayani-Nya.
▪Sementara pemeliharaan sabat palsu yang sesuai dengan hukum negara yang bertentangan dengan hukum yang keempat, adalah suatu pengakuan kesetiaan kepada suatu kuasa yang menentang Allah, maka pemeliharaan Sabat yang benar, dalam penurutan kepada hukum Allah, adalah suatu bukti kesetiaan kepada Pencipta.
▪Sementara satu golongan, oleh menerima tanda penurutan kepada kuasa-kuasa duniawi, menerima tanda binatang, maka yang satu golongan yang memilih tanda kesetiaan kepada kekuasaan Ilahi, menerima meterai Allah.” Ellen G. White, Alfa dan Omega jld. 8, hlm. 637.
Kiranya pelajaran Sekolah Sabat minggu ini berguna bagi pertumbuhan kerohanian kita semua... 🙏🙏🙏
METERAI ALLAH ATAU TANDA BINATANG
Ayat Hafalan: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!” (Wahyu 15:3).
I. METERAI ALLAH (Why. 7:1-4; 9:4 )
◾ Meterai PERTAMA ( Wahyu 6:1-2 ) - ( periode : tahun 31-100 )
🔹Penunggang kuda putih ;
🔹gambaran kesucian, semangat, dan kemenangan dari gereja Kristen yang pertama. 🔹Panah itu adalah lambang dari peperangan yang agresif.
🔹Kuda putih dan mahkota adalah lambang kemenangan, dan digunakan oleh raja Romawi dalam merayakan kemenangannya.
🔹 Begitu menakjubkan “ledakan” pertumbuhan agama Kristen yang mula-mula itu, sehingga dalam waktu tujuh puluh tahun setelah penyaliban, berita Salib itu telah menyebarkan Injil itu ke ujung bumi yang dikenal pada waktu itu (Roma 1:8; Kolose 1:23).
🔹 Berlaku mulai dari Pentakosta sampai pada akhir abad pertama.
🔹 Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Efesus ( Wahyu 2:1-7 )
◾ Meterai KEDUA ( Wahyu 6:3,4 ) : ( periode : tahun 100 - 313 )
🔹 Penunggang kuda merah
🔹Menggambarkan menurunnya kesucian dengan cara yang sangat mencolok pada gereja setelah para rasul itu meninggal.
🔹Warna merah adalah lambang dari sesuatu yang berbahaya, peperangan, dan pertumpahan darah.
🔹Dalam zaman Alkitab warna merah itu melambangkan dosa dan kemerosotan (Yesaya 1:18).
🔹 Pemimpin-pemimpin gereja secara terbuka memperoleh penghormatan dari penguasa pemerintahan. Setelah apa yang dinamai “pertobatan” raja Konstantine pada tahun 313 S.M, maka sudah legal bagi seseorang menjadi orang Kristen.
🔹 Periode meterai kedua mulai dari penutupan abad pertama dan berakhir pada zaman Konstantine.
🔹 Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Smirna ( Wahyu 2:8-11 )
◾ Meterai KETIGA ( Wahyu 6:5,6 ) - ( periode : tahun 313 - 538 )
🔹Penunggang kuda hitam
🔹Melambangkan pertambahan kemerosotan dalam gereja itu yang sangat cepat berkembang dari zaman Konstantine sampai pada permulaan kekuasaan kepausan pada tahun 538 SM.
🔹 Pada zaman ini Injil yang benar itu hampir saja tertutup oleh keduniawian dan kebodohan.
🔹Gereja itu mengalami perubahan yang sangat radikal , sehingga terlalu bertentangan sifatnya dengan gereja pada zaman Perjanjian Baru, dan Allah mengibaratkan gereja itu dengan kuda Hitam lawannya warna putih.
🔹 Memegang sebuah timbangan di tangannya.” Timbangan lambang usaha duniawi dan perdagangan, menyatakan gereja yang jatuh itu telah meninggalkan tugasnya yang Ilahi yaitu tugas penginjilan.
🔹 Inilah zaman kegelapan dan kelaparan rohani yang amat meluas, di mana pengganti roti hidup yang murahan ditawarkan pada manusia, namun kegelapan itu di bebaskan dengan suatu terang pengharapan yang kecil.
🔹 Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Pergamus ( Wahyu 2:12-17 )
◾Meterai KEEMPAT ( Wahyu 6:7,8 ) - ( periode : tahun 538 - 1517 )
🔹Penunggang kuda hijau kuning
🔹Melambangkan kemurtadan dalam keadaan mekar pada waktu gereja pemerintah pada zaman pertengahan yang mengaku gereja Yesus Kristus, menjadi suatu alat penindas yang kejam dan alat penganiayaan.
🔹 Kata “Neraka” di sini berasal dari bahasa Yunani “Hades” artinya “Kuasa Kematian.”
🔹 Meterai ini merentang mulai dari permulaan kekuasaan Paus sampai pada permulaan Reformasi Protestan.
🔹Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Tiatira ( Wahyu 2:18-25 )
◾ Meterai KELIMA ( Wahyu 6: 9-11 ) - ( periode : tahun 1517 - 1755 )
🔹 Pembukaan meterai kelima menyatakan para korban penunggang kuda keempat “Protestan” sebelum Reformasi, jutaan yang mati syahid yang terbaring di bawah kaki mezbah yang berlumuran darah, sedang memohon kepada Allah suatu pembalasan atas darah mereka.
🔹 "Jiwa-jiwa di bawah Mezbah.” - Jiwa-jiwa digunakan dalam pengertian Alkitabiah sebagai “Manusia” atau “orang” yang walaupun sudah terbunuh mereka disebut sebagai orang-orang yang berseru kepada Allah dengan metafor yang sama sebagai lakon/pemeran yang di gunakan dalam Kejadian 4:10 di mana suara darah Habel itu dikatakan “Berteriak kepada Allah dari tanah.”
🔹 “Mezbah.” - Mezbah dalam kasus ini adalah lambang yang cocok untuk tanah Eropa Barat yang bertahun-tahun lamanya di cemari dengan darah orang yang mati syahid.
🔹 “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus?” - sebagai fakta sejarah, seruan: “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang Kudus” juga diserukan oleh Reformasi Protestan pada waktu orang-orang yang gagah berani mengangkat suaranya menetang kekuasaan kepausan dan menyerukan pemberhentian aniaya kebebasan jiwa, pria dan wanita yang lebih dekat pada cita-cita Allah daripada algojo yang kejam itu.
🔹 “Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih.”
🔹“Jubah putih” itu bisa dimengerti dengan dua cara:
1. Tabiat yang harus dibuktikan di hadapan manusia. Sebagai hasil dari Reformasi itu, opini jutaan manusia tentang Syuhada sudah berubah. Sekarang kita memandang mereka dengan kekaguman yang sungguh. Walau pun mereka dibunuh sebagai penjahat dan binatang perusak tanaman, iman kita menjadi kuat seperti mereka.
2. Tabiat yang harus dibuktikan di hadapan Allah. Jubah putih adalah lambang, Alkitabiah untuk kebenaran Kristus. Walaupun dihina, ditolak, dianiaya, atau dibunuh oleh tangan manusia, Allah melihat para syuhada dipakaikan jubah kesempurnaan dari Anak-Nya dan penerimaan mereka untuk selamanya sudah dipastikan (Wahyu 3:4, 5).
🔹 Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Sardis ( Wahyu 3:1-6 )
◾Meterai ke ENAM ( Wahyu 6:12,13 ) - ( periode : tahun 1755 - 1844 )
🔹Pembukaan meterai keenam memperkenalkan tiga ledakan alam yang terjadi setelah berakhir aniaya kepausan di Eropa.
🔹Bagi anak-anak Allah yang selalu berjaga, hal ini adalah permulaan tanda kedatangan Yesus yang tidak salah lagi.
1. Gempa Bumi yang Besar. Dengan memperhatikan waktu menjelang mau pembukaan meterai itu kira-kira tahun 1750, pada waktu aniaya agama dihentikan ; “Gempa bumi besar” ternyata adalah yang terjadi di Lisbon, Portugal, pada tanggal 1 November 1755.
2. Bulan dan Matahari Menjadi Gelap. Setelah gempa bumi yang dahsyat itu, perhatian Yohanes tertarik pada kegelapan matahari yang belum pernah terjadi. Kegenapan dari ramalan ini terjadi pada tanggal 18 Mei 1780, dua puluh lima tahun setelah gempa bumi di Lisbon, di mana matahari padam pada siang bolong.
✍🏿 Kamus Webser menyebut peristiwa ini sebagai “Hari Gelap.” Ia tidak menyatakan bahwa beberapa peristiwa seperti ini pernah terjadi dalam sejarah, tetapi ia mengatakan hanya ada satu peristiwa.
✍🏿 Kamus Webster mengatakan: “Penyebab yang sebenarnya dari peristiwa ini tidak diketahui.”
3. Bintang Gugur. Peristiwa alam ketiga terjadi kira-kira lima puluh tahun sesudah matahari gelap yaitu, pada malam hari tanggal 13 November 1833, waktu hujan meteor yang terang-benderang disaksikan di daerah yang luas di Amerika Utara.
✍🏿 Saksi mata menaksir bahwa bintang-bintang gugur bagaikan hujan api yang diperkirakan sebanyak 200.000 perjam untuk selama lima atau enam jam, dan dinyatakan bahwa bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahannya yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang.” (Wahyu 6:13).
🔹 Paralel dengan periode masa sidang /Jemaat Filadelpia ( Wahyu 3: 7-13 )
◾ Meterai KETUJUH ( Wahyu 8:1 ) - ( periode : tahun 1844 - hari ini atau Yesus datang kedua kali )
🔹Penyingkapan meterai ketujuh menyingkapkan tirai sejarah umat manusia.
🔹 “Sunyi Senyap di Surga”. Hal ini merujuk kepada kenyataan bahwa sorga akan kosong untuk seketika lamanya pada kedatangan Yesus kedua kali, karena segenap malaikat surga akan bersama Yesus datang ke bumi (Mat. 25:31).
🔹 “Kirakira setengah jam lamanya.” Menurut perhitungan waktu nubuatan, yang didasarkan pada prinsip satu hari untuk satu tahun, maka ini berarti tujuh hari. Jadi perjalanan Yesus ke bumi pada kedatangan-Nya kedua kali, dan juga pulangnya ke surga bersama umat-Nya, akan memakan waktu kira-kira satu pekan.
🔹Tujuh meterai membawa pekabaran penghancuran dan kematian, tapi meterai ketujuh ini membawa janji keselamatan dan hidup.
🔹Sementara enam meterai yang lainnya menandakan ide kerahasiaan, meterai ke tujuh yang satu ini menunjukkan kepemilikan.
🔹Rasul Yohanes melihat “meterai Allah,” yang menandai umat Allah yang akan bertahan dari murka Allah (Why. 7:3)
🔹 Orang di zaman kuno seringkali menaruh meterai pada barang dagangan untuk membuktikan bahwa itu milik mereka. Meterai ini dibuat dari logam atau batu mulia (Kel. 28:11; Est. 8:8) di mana nama pemilik atau simbol yang mewakilinya diukir.
🔹 Meterai dirancang untuk ditekan pada tanah liat yang menutup dokumen atau barang dagangan. Dalam penglihatan Yohanes, meterai tersebut ditaruh di dahi untuk menyelamatkan umat Allah terhadap malapetaka yang akan datang (Why. 7:3, 9:4).
🔹Nabi Yehezkiel merujuk kepada fungsi sebagai pencegah akan tanda di dahi tersebut (Yeh. 9:4-6, bandingkan dengan Kej. 4:15).
🔹Meterai hanya menandakan mereka yang menyembah Allah yang hidup, sang Pencipta, untuk membedakan dari mereka yang “sujud pada matahari di sebelah timur ” (Yeh. 8:16).
🔹Penglihatan Wahyu 7 membawa pekabaran yang sama. Yang berisi satu urutan yang terdengar kembali ke cerita Penciptaan.
▪Kenyataannya, urutan “bumi, laut, atau pohon-pohon” (Why. 7:3) adalah sama seperti pada cerita Penciptaan itu sendiri (bandingkan dengan Kej. 1:9-13).
▪Dengan menyebutkan urutan ini menunjuk kepada kenyataan bahwa
🔹Meterai menandai mereka yang mengakui Allah sebagai Pencipta, mereka yang menjadi kepunyaan-Nya (Mzm. 24:1, 2; 89:12, 13; 100:3);
🔹 Untuk dimeteraikan oleh Allah bahwa kita, dan segala sesuatu yang kita miliki, adalah kepunyaan-Nya, yang menciptakan segala sesuatu.
🔹Paralel dengan periode masa sidang / Jemaat Laodekia ( Wahyu 3: 7-13
II. TANDA BINATANG ( Why. 13:15, 16; 14:9 )
◾ APAKAH “TANDA BINATANG” ITU?
♦ " Binatang” dalam Wahyu 13 telah diidentifikasi sebagai kepausan dalam pelajaran SS minggu lalu,
♦ “Tanda Binatang” itu sudah wajar bila kita sebut tanda yang menonjol dari kuasa kepausan, barang tiruan Paus yang sudah diterima oleh masyarakat luas yang langsung bertentangan dengan “Cap Allah.”
♦ Tidak diragukan lagi tentang identitas “Tanda” kuasa kepausan.
♦ Pengesahan lembaga Minggu, suatu saingan hari Sabat buatan kepausan manusia, memenuhi semua kriteria sebagai “Tanda Binatang” itu yang berarti penyerahan secara umum dan nyata kepada kuasa kepausan.
♦ " Tanda Binatang” itu lebih dalam dari sekadar memelihara satu hari tertentu. “ Tanda” yang dimaksud di sini ialah kenyataan tabiat, suatu penyerahan hari dan kehendak secara tetap untuk MENENTANG LANGSUNG KEHENDAK ALLAH YANG SUDAH DIKETAHUI.
♦Hari Sabat sebagai satu “Tanda kesetiaan pada Khalik, mereka yang menolak terang itu dan tetap memelihara hari Minggu sudah menyatakan secara terbuka bahwa mereka menentang hukum Allah.
♦Maka pemeliharaan hari Minggu itu sudah menjadi tanda yang membedakan mereka yang dengan sengaja dari lubuk hatinya menolak kekuasaan Allah dan menyukai kekuasaan manusia. Kelompok ini akan memantulkan tabiat rupa Setan dan bukan memancarkan tabiat rupa Allah.
♦Kitab Wahyu menjelaskan tanda ini dicap di tangan kanan atau dahi (Why. 13:16). Simbol ini telah dipinjam dari kitab Ulangan di mana itu melambangkan kesetiaan kepada hukum Allah.
♦Untuk memastikan bahwa anak-anak Israel tidak melupakan Firman Allah dan hukum-hukum- Nya dalam hati mereka, Allah mencari satu gambaran: “Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu” (Ul. 6:8; bandingkan dengan Kel. 13:9).
♦Saat ini orang Yahudi masih menerapkan perangkat ini dalam menghafal dan mengikat rumbai (“phylacteries”) di tangan dan di dahi untuk mengingatkan diri mereka akan penyerahan mereka secara total kepada hukum Allah, melibatkan keduanya tindakan (tangan) dan berpikir (dahi).
♦Sama seperti “meterai Allah” di dahi sebagai tanda untuk mengingatkan umat Allah untuk menyerahkan diri mereka pada hukum-hukumNya, “tanda binatang” di tangan dan di dahi adalah tanda dari komitmen yang menjadi ciri pengikut binatang.
♦Kenyataannya, seperti yang ditunjukkan oleh malaikat yang ketiga, itu adalah masalah penyembahan yang dipertaruhkan.
♦Peringatan “jika seorang menyembah binatang” dijelaskan dalam pernyataan paralel “ ‘dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya” (Why. 14:9).
♦Kata penghubung Yunani kai, “dan,” yang memperkenalkan pernyataan ini berhubungan dengan kata Ibrani "waw" , penjelasan ini menandakan hubungan langsung antara menyembah binatang itu dan menerima tandanya.
III. HARI SABAT, TANDA PENYEMBAHAN ( Kej. 2:1-3 dan Kel. 20:8-11 )
🔹Sejarah manusia dimulai pada hari Sabat, waktu untuk menyembah.
🔹Hari Sabat menandai penyembahan manusia yang pertama di dalam sejarah, tentu saja respons pertama dari manusia kepada pemberian Allah karena Penciptaan.
🔹Juga sangat penting bahwa hari Sabat merujuk pada Penciptaan, menempati pusat geografis Dekalog.
🔹 Kedudukan penciptaan ini juga tepat secara tematis: Sabat merujuk kepada hubungan kita baik kepada Allah (hukum 1-3) dan hubungan kita dengan sesama manusia (hukum 5-10).
🔹 Sangat menarik bahwa dalam dokumen perjanjian kuno, meterai ditempatkan di tengah untuk memastikan bahwa tidak satu pun bisa memanipulasi atau menghapus perjanjian tersebut.
🔹 Penempatan hari Sabat di tengah Dekalog adalah satu indikasi bahwa hal tersebut dimaksudkan untuk menjadi meterai dari sang Pencipta.
◾ APAKAH PENGGANTIAN SABAT OLEH ROMA ITU CUKUP SERIUS?
♦Allah, dan bukan manusia, yang harus menjawab pertanyaan ini. Firman-Nya yang harus menyelesaikan permasalahan ini dengan tuntas.
♦Pentingnya amaran yang Ia berikan dan dahsyatnya hukuman bagi pelanggar dapat menyatakan betapa seriusnya Allah dalam masalah ini: Wahyu 14:9-11: “Murka Allah, yang disediakan tanpa campuran.”
♦Tidak ada seorang pun yang membaca ayat yang menakutkan itu berpendapat bahwa ini adalah soal kecil.
♦Ayat-ayat ini adalah yang paling hikmat dan dahsyat sebagai peringatan dalam seluruh Alkitab. Sudah jelas bahwa keputusan yang lancang dari kuasa kepausan itu, telah memancing amarah surga yang sedalam-dalamnya.
♦Pandangan sejenak saja sudah bisa menyatakan mengapa murka Allah begitu tegas.
♦Perubahan Sabat adalah satu tantangan yang paling berani dan paling terhadap kekuasaan Allah yang pernah dilancarkan oleh manusia.
♦Jika memalsukan nama seseorang dianggap kejahatan; jika menghalang-halangi hukum seorang raja duniawi dianggap pelanggaran; lalu apakah yang harus kita gunakan untuk kekerasan seperti ini, di mana manusia kerdil sudah berani mengurangi hukum surga dan memalsukan nama Allah menjadi dusta?
♦Kalau kita lihat segi ini, pertentangan hari Sabat - Minggu bukan saja masalah pertentangan harinya saja, ini adalah pertentangan kekuasaan-kekuasaan makhluk ciptaan melawan Sang Pencipta!
♦Itulah sebabnya masalah ini sama seperti masalah hidup atau mati.
♦Coba pikirkan bendera negara kita. Apakah sebabnya bendera itu berbeda? Apa yang membuat bendera itu terasa hikmat. Bahannya sama saja dengan bahan membuat kemeja atau sapu tangan; lalu mengapa kita tidak menganggapnya seperti benda biasa?
♦Karena bendera itu adalah lambang yang dipilih untuk kekuasaan yang dilambangkan yang dipilih untuk ke kuasaan negara!
♦Penghormatan bendera menunjukkan penghormatan atas kekuasaan yang dilambangkan bendera itu. Tidak menghormati bendera menunjukkan tidak menghormati kekuasaan negara.
♦Mari kita terapkan hal ini pada hari Sabat. Terdiri dari waktu, sama seperti keenam hari lainnya. Lalu apa yang membuatnya berbeda” apa yang membuatnya menjadi suci?
♦Allah telah “menguduskan” atau mengasingkan hari itu untuk tujuan tertentu. Inilah “tanda” yang dipilih atau “cap” khalik, suatu lambang yang dipilih untuk kekuasaanNya.
♦Jika seorang warga negara menginjak-injak bendera negaranya sendiri di atas tanah berlumpur dan dengan sengaja menghormat bendera musuh, bukankah ia bersalah karena berkhianat? Dengan tanda yang sama, orang yang sengaja meninggikan hari Minggu dan secara sadar menginjakinjak hari Sabat, ia juga bersalah karena berkhianat terhadap Allah!
B. Pelajaran dari buku Sekolah Sabat
I. Tanda Allah yang mengidentifikasi Umat-Nya ( Hari Minggu )
▪Dalam Perjanjian Lama ada dua tanda lahiriah sebagai identitas umat Allah yang sejati. Salah satu adalah SUNAT ( Kej. 17:9-11; Kel. 31:13, 17 ) ; Laki-laki disunat pada hari kedelapan sete- lah lahir (Im. 12:3).
▪ Tanda lahiriah kedua yang diberikan Allah untuk mengenali umat-Nya adalah HARI SABAT sebagai jalan kembali kepada Penciptaan (lihat juga Kej. 2:2, 3), sedangkan sunat dimulai hanya sejak Abraham
" Sabat diadakan untuk manusia” (Mrk. 2:27)
▪Dalam perjanjian Baru ( 1 Korintus 7:19; Galatia 5:6; dan Galatia 6:15 ) BAPTISAN melambangkan pertobatan, seorang “ciptaan baru,” mati kepada dosa dan bangkit kepada kehidupan yang baru (lihat Rm. 6:3, 4).
▪Ritual sunat hari ini memiliki arti yang lebih dalam yang melambangkan kebutuhan hati yang “disunat” atau dibarui (lihat Ul. 30:6).
Itu sebabnya Paulus menuliskan: “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara har ah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah” (Rm. 2:28, 29).
II. Binatang dan Ibadah Palsu ( Hari Senin )
▪Penting menghindari “tanda binatang” (Why. 13:17; 14:9, 10; 16:2. )
▪Tandanya adalah ibadah palsu. Dan kekuasaan binatang keempat dalam Daniel 7, dalam fase yang terakhir (juga digambarkan sebagai binatang yang keluar dari dalam laut dalam Wahyu 13), yang “berusaha untuk mengubah waktu dan hukum” (Dan. 7:25).
III. Meterai Allah ( hari Selasa ) : (Ef. 1:13, 14; 4:30; 2 Tim. 2:19; Why. 7:1-4; 14:1. )
▪Pada zaman purba meterai adalah sebuah stempel ditekan ke lilin yang lembut atau tanah liat untuk menunjukkan keaslian atau kepemilikan, di belakangnya ada otoritas pemiliknya.
▪Meterai Allah adalah tanda kepemilikan Allah dan perlindungan kepada umat-Nya
▪Kitab Wahyu menggambarkan pemeteraian yang lain sebelum kedatangan Yesus yang kedua kali.
▪Meterai terakhir diberikan kepada 144.000 pada saat pencurahan Roh Kudus ketika hujan akhir. Mereka memiliki nama Allah (atau tanda tangan) tertulis di dahi mereka. Melalui pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan mereka, mereka memantulkan tabiat Allah.
IV. Tanda Binatang ( Hari Rabu )
▪ Satu hukum yang diusahakan untuk diubah adalah Sabat, hukum keempat, hukum yang langsung menunjuk kepada Allah sebagai “menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh” (Kel. 20:11).
IV. Sabat sebagai Meterai ( hari Kamis )
▪ Sabat hari ketujuh telah menjadi tanda umat Allah yang benar sepanjang sejarah, dimulai dari Adam dan Hawa dilanjutkan sampai zaman Israel.
▪Kita juga melihat Sabat diabadikan di gereja Perjanjian Baru dengan praktik Yesus dan para rasul, dan sebagai pembeda umat Allah di akhir zaman yang “menuruti perintah Allah, dan iman kepada Yesus” (Why 14:12).
▪Sabat muncul dalam jantung Sepuluh Hukum.
▪Itu diberikan oleh Pencipta sebagai tanda atau meterai otoritas-Nya.
▪Sabat memperkenalkan Dia dengan nama “TUHAN Allahmu.” Sabat memperkenalkan wilayah di mana Dia memiliki yurisdiksi, “langit dan bumi, laut, dan segala isinya.” Ini juga memper- kenalkan dasar dari otoritas-Nya, “enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi,... dan berhenti pada hari ketujuh.”
▪Hari Sabat merupakan ujian terbesar kesetiaan di zaman akhir, karena itulah pokok kebenaran yang terutama dipertentangkan.
▪Bilamana ujian terakhir dilakukan ke atas manusia, maka garis pemisah akan ditarik antara mereka yang melayani Allah dan yang tidak melayani-Nya.
▪Sementara pemeliharaan sabat palsu yang sesuai dengan hukum negara yang bertentangan dengan hukum yang keempat, adalah suatu pengakuan kesetiaan kepada suatu kuasa yang menentang Allah, maka pemeliharaan Sabat yang benar, dalam penurutan kepada hukum Allah, adalah suatu bukti kesetiaan kepada Pencipta.
▪Sementara satu golongan, oleh menerima tanda penurutan kepada kuasa-kuasa duniawi, menerima tanda binatang, maka yang satu golongan yang memilih tanda kesetiaan kepada kekuasaan Ilahi, menerima meterai Allah.” Ellen G. White, Alfa dan Omega jld. 8, hlm. 637.
Kiranya pelajaran Sekolah Sabat minggu ini berguna bagi pertumbuhan kerohanian kita semua... 🙏🙏🙏
Komentar
Posting Komentar